PALANGKARAYA - Suara khas sambungan rel yang tergilas nyaring terdengar. Seiring derak kayu usang penahan beban transportasi memekakkan telinga, demikian pula rasa waswas yang merebak. Jika tonggak penyangga itu patah, genangan air rawa di bawah rel tak ayal lagi akan menyambut penumpang yang terjerembab.
Demikian kesan saat menumpang lori menuju Laboratorium Alam Hutan Gambut Center for International Co-operation in Sustainable Management of Tropical Peatland (Cimtrop) Universitas Palangkaraya (Unpar) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (13/11/2011).
"Seperti rel kereta dalam film Indiana Jones saja," ujar Basir, wisatawan yang ikut menumpang lori.
Betapa tidak cemas, tiang-tiang penahan rel terkesan dibuat seadanya yang hanya dibuat dari kayu. Rel sepanjang 1,3 km itu pun sudah berkarat dan bengkok. Kenyataannya, kondisi sarana transportasi tersebut memang sudah seperti lori dalam permainan video saja yang penumpangnya harus menyabung nyawa karena melintasi rel keropos dengan jurang menganga di bawah.
"Tenang saja, kayu dan relnya masih kuat. Setahun lalu baru dilakukan perawatan," ujar Twentino (26), staf bagian logistik Cimtrop Unpar tersenyum melihat ekspresi para penum pang. Ia terus saja santai mengemudikan lorinya.
Ketinggian rel dari permukaan rawa sekitar dua meter dengan jarak kayu bantalan rel satu sama lainnya sek itar 1,75 meter. Di bawah rel, terlihat rawa dengan kedalaman sekitar 50 cm. Lori menggunakan mesin perahu yang bunyinya lebih mirip pemotong rumput. Tak heran lajunya hanya sekitar 10 km per jam. Lori hanya bisa mengangkut enam penumpang dan seorang pengemudi.
Laboratorium Alam Hutan Gambut Cimtrop Unpar berada di Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sabangau, sekitar 15 km dari pusat Kota Palangkaraya. Sebelum sampai di laboratorium, pengunjung harus pergi ke dermaga Kereng Bangkirai terlebih dulu melalui jalur darat lalu melanjutkan perjalanan dengan perahu motor sekitar lima menit.
Setelah perahu merapat ke dermaga kecil, pengunjung melanjutkan perjalanannya dengan lori tersebut. Twentino menuturkan, rel awalnya dibangun untuk mengangkut kayu-kayu milik perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH). Setelah perusahaan tidak beroperasi lagi, wilayah kerjanya dijadikan laboratorium alam dan rel dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.
Twentino mengatakan, Laboratorium Alam Hutan Gambut Cimtrop Unpar sebenarnya bagus jika dijadikan tujuan wisata. "Akan tetapi, diperlukan edukasi untuk para pengunjung agar tak mengganggu flora dan fauna," ujarnya.
Demikian kesan saat menumpang lori menuju Laboratorium Alam Hutan Gambut Center for International Co-operation in Sustainable Management of Tropical Peatland (Cimtrop) Universitas Palangkaraya (Unpar) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (13/11/2011).
"Seperti rel kereta dalam film Indiana Jones saja," ujar Basir, wisatawan yang ikut menumpang lori.
Betapa tidak cemas, tiang-tiang penahan rel terkesan dibuat seadanya yang hanya dibuat dari kayu. Rel sepanjang 1,3 km itu pun sudah berkarat dan bengkok. Kenyataannya, kondisi sarana transportasi tersebut memang sudah seperti lori dalam permainan video saja yang penumpangnya harus menyabung nyawa karena melintasi rel keropos dengan jurang menganga di bawah.
"Tenang saja, kayu dan relnya masih kuat. Setahun lalu baru dilakukan perawatan," ujar Twentino (26), staf bagian logistik Cimtrop Unpar tersenyum melihat ekspresi para penum pang. Ia terus saja santai mengemudikan lorinya.
Ketinggian rel dari permukaan rawa sekitar dua meter dengan jarak kayu bantalan rel satu sama lainnya sek itar 1,75 meter. Di bawah rel, terlihat rawa dengan kedalaman sekitar 50 cm. Lori menggunakan mesin perahu yang bunyinya lebih mirip pemotong rumput. Tak heran lajunya hanya sekitar 10 km per jam. Lori hanya bisa mengangkut enam penumpang dan seorang pengemudi.
Laboratorium Alam Hutan Gambut Cimtrop Unpar berada di Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sabangau, sekitar 15 km dari pusat Kota Palangkaraya. Sebelum sampai di laboratorium, pengunjung harus pergi ke dermaga Kereng Bangkirai terlebih dulu melalui jalur darat lalu melanjutkan perjalanan dengan perahu motor sekitar lima menit.
Setelah perahu merapat ke dermaga kecil, pengunjung melanjutkan perjalanannya dengan lori tersebut. Twentino menuturkan, rel awalnya dibangun untuk mengangkut kayu-kayu milik perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH). Setelah perusahaan tidak beroperasi lagi, wilayah kerjanya dijadikan laboratorium alam dan rel dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.
Twentino mengatakan, Laboratorium Alam Hutan Gambut Cimtrop Unpar sebenarnya bagus jika dijadikan tujuan wisata. "Akan tetapi, diperlukan edukasi untuk para pengunjung agar tak mengganggu flora dan fauna," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment