SWISS - Sekali lagi tari Saman mengundang tepuk tangan sekitar 500 undangan yang memadati aula gedung Le Regent, Crans Montana, Swiss, pada acara Malam Budaya Internasional. Kegiatan ini digelar Sekolah Manajement Hotel Internasional Les Roches International School of Hotel Management, Sabtu (12/11).
Menurut siaran pers yang diterima Tribun Jogja dari KBRI di Bern, Swiss, para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam tim tari Saman, yaitu Dian Kusumawati, Jane Tanuwijaya, Monica Florencia, Wirjosoekarto, Shindilvi Theresia, Meta Baiduri, Enrica Lukman, Vannesa Chua, Puteri Azman dan Matius Montol, berlatih serius selama hampir dua bulan. Mereka berlatih di bawah pimpinan Bapak Dodo Abdul Rani, dan berlatih kontinyu ketika ada waktu senggang di sela-sela kesibukan kuliah.
Tarian Saman, yang mempunyai gerakan dinamis, dibawakan para mahasiswa secara kompak dan hidup, sesekali diselingi oleh lengkingan suara untuk menambah keceriaan gerakan tari. Kekaguman para penonton tidak dapat dibendung ketika para penari melakukan formasi merentangkan tangan, dan penari lain berada dalam posisi membungkuk berulang-ulang dari depan ke belakang dan dari belakang ke depan.
Gerakan dalam tari Saman tentunya bukanlah gerakan mudah, memerlukan penari yang harus berkonsentrasi penuh, berpacu dengan kekompakan dan ritme tarian. Kesalahan sedikit saja menjadi sangat kentara dan membuyarkan konsentrasi serta keindahan tari.
Selain penampilan kebudayaan, tim mahasiswa Indonesia juga menampilkan stan makanan yang dihiasi dengan pernik khas Indonesia, dan tentunya makanan Indonesia semisal rendang, bakwan, bakmi goreng dan nasi goreng.
Acara Malam Budaya Internasional adalah kegiatan bergengsi bagi setiap mahasiswa internasional di perguruan tinggi yang terletak di atas Pegunungan Crans Montana tersebut. Selain penampilan dari Indonesia terdapat juga persembahan para mahasiswa dari China, Korea, Jepang, India, Pakistan, dan beberapa negara Timur Tengah. Namun, Tari Saman pada malam itu telah memikat hati banyak pihak. Berkat keseriusan para mahasiswa, mereka menyabet gelar sebagai juara ketiga penampilan kebudayaan dan stan terbaik 2011.
Menurut siaran pers yang diterima Tribun Jogja dari KBRI di Bern, Swiss, para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam tim tari Saman, yaitu Dian Kusumawati, Jane Tanuwijaya, Monica Florencia, Wirjosoekarto, Shindilvi Theresia, Meta Baiduri, Enrica Lukman, Vannesa Chua, Puteri Azman dan Matius Montol, berlatih serius selama hampir dua bulan. Mereka berlatih di bawah pimpinan Bapak Dodo Abdul Rani, dan berlatih kontinyu ketika ada waktu senggang di sela-sela kesibukan kuliah.
Tarian Saman, yang mempunyai gerakan dinamis, dibawakan para mahasiswa secara kompak dan hidup, sesekali diselingi oleh lengkingan suara untuk menambah keceriaan gerakan tari. Kekaguman para penonton tidak dapat dibendung ketika para penari melakukan formasi merentangkan tangan, dan penari lain berada dalam posisi membungkuk berulang-ulang dari depan ke belakang dan dari belakang ke depan.
Gerakan dalam tari Saman tentunya bukanlah gerakan mudah, memerlukan penari yang harus berkonsentrasi penuh, berpacu dengan kekompakan dan ritme tarian. Kesalahan sedikit saja menjadi sangat kentara dan membuyarkan konsentrasi serta keindahan tari.
Selain penampilan kebudayaan, tim mahasiswa Indonesia juga menampilkan stan makanan yang dihiasi dengan pernik khas Indonesia, dan tentunya makanan Indonesia semisal rendang, bakwan, bakmi goreng dan nasi goreng.
Acara Malam Budaya Internasional adalah kegiatan bergengsi bagi setiap mahasiswa internasional di perguruan tinggi yang terletak di atas Pegunungan Crans Montana tersebut. Selain penampilan dari Indonesia terdapat juga persembahan para mahasiswa dari China, Korea, Jepang, India, Pakistan, dan beberapa negara Timur Tengah. Namun, Tari Saman pada malam itu telah memikat hati banyak pihak. Berkat keseriusan para mahasiswa, mereka menyabet gelar sebagai juara ketiga penampilan kebudayaan dan stan terbaik 2011.
0 comments:
Post a Comment