Tuesday, November 15, 2011

Program Psychosocial Intervention for Recovery Merapi Berakhir

SLEMAN  -  Begitu banyak cerita pedih tentang para korban erupsi Gunung Merapi setahun lalu, yang tak hilang sampai sekarang. Semisal kisah tentang keluarga yang terpaksa kehilangan harta, rumah, pekerjaan, bahkan nyawa.

Selain itu, belum lagi kepedihan akibat erupsi dahsyat berakhir, mereka masih dihinggapi kekhawatiran terhadap ancaman lahar dingin yang sewaktu-waktu datang. Potensi lahar dingin antara lain mengancam keselamatan ribuan warga di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Kali Gendol, Kali Opak, Kali Boyong, Kali Putih, Kali Kuning dan  Kali Woro yang dijadikan sumber penghasilan para penambang material (termasuk pasir), sewaktu-waktu bisa mengalirkan lahar dingin disertai gelontoran material Merapi. Terutama jika  turun hujan deras.

Daya terjangannya sungguh dahsyat sehingga bisa merusak  pemukiman yang berjarak puluhan kilometer dari puncak Merapi. Bukti kedahsyatan bencana ini pernah terjadi di pemukiman warga di Jumoyo, Magelang, Jateng, maupun pemukiman di sekitar Kali Gendol, di Kabupaten Sleman, DIY.

Meski begitu, hidup harus tetap berjalan. Ribuan pelajar harus tetap bersekolah untuk meraih cita-cita, para kepala keluarga harus tetap berjuang memenuhi kebutuhan anak-istrinya, ataupun para ibu harus berperan sebagai istri untuk suami dan ibu bagi anak-anaknya. Maka, tak hanya bantuan material yang diperlukan, tetapi juga dukungan moril demi memulihkan persoalan psikologis dan kepercayaan diri mereka.

Vanda Lengkong, disaster risk management Program Manager Plan Indonesia, saat ditemui Tribun Jogja di sela Festival Gunung Merapi, di Museum Gunung Merapi (MGM) Kaliurang, Desa Hargobinangun, Sleman, Minggu (13/11), pun mengungkap perlunya dukungan moril tersebut. "Masyarakat harus memperoleh kepercayaan dirinya kembali, harus bisa mandiri untuk melanjutkan hidup. Satu di antaranya, diberi pendampingan psikososial dan pembekalan life skill," tandasnya.

Acara di MGM itu sekaligus menandai penutupan Program Psychosocial Intervention for Recovery Merapi (PIMR). Vanda menuturkan, program tersebut bergulir sejak Februari 2011, dan berakhir November 2011 sekarang. Fokus perhatiannya,  pemberian dukungan psikososial dan perlindungan kepada 8.000 anak, 2.000  remaja, dan  4.000 orang dewasa yang tersebar di 10 desa dan tiga kabupaten, yakni di Kabupaten Sleman, DIY,  Klaten dan Magelang, Jateng.

Sebelumnya, Vanda dan kawan-kawan pernah menggelar program tanggap darurat, November 2010 hingga Desember 2010 silam. Selain pendampingan secara psikologis, mereka juga membekali masyarakat korban erupsi Merapi dengan berbagai macam keahlian dan keterampilan.

0 comments: