Friday, February 11, 2011

Anak Perlu Belajar dari Pengalaman Nyata

type='html'> shutterstock Belajar dari pengalaman nyata bikin anak lebih mudah memahami berbagai pengetahuan. Artikel Terkait: Lifebuoy Health Institute Dibuka di KidZania GramediaShop : Resep Cinta GramediaShop : Maximum Ride #1 Jumat, 28/1/2011 | 11:45 WIB

KOMPAS.com - Pengalaman menjadi guru terbaik, termasuk bagi anak-anak. Metode belajar dari pengalaman nyata lebih efektif bagi anak, karena mereka merasa lebih diyakinkan. Pengetahuan yang anak dapatkan dari pengalaman belajar langsung ini lebih mudah dicerna dan terekam dalam memorinya.

Sebagai contoh, jika ingin mengajarkan kebiasaan baik mencuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), berikan contoh dan libatkan anak dalam pembelajaran mengenai kesehatan tubuh. Kenalkan kepada anak apa yang disebut sebagai kuman yang menempel pada tangan. Selain itu kenalkan manfaat sabun dan cara mencuci tangan yang benar. Jadikan kebiasaan CTPS sebagai rutinitas harian yang memberikan pengalaman menyenangkan. 

Menurut health motivator, dr Handrawan Nadesul, metode pembelajaran afektif dalam melatih kebiasaan baik pada anak akan lebih efektif daripada menggunakan cara kognitif. Artinya belajar melalui kebiasaan bersikap atau pengalaman langsung akan lebih mengena pada anak daripada mengajarkan anak melalui teori yang mengandalkan pikiran atau sisi intelektual anak saja.

"Belajar dari pengalaman nyata lebih meyakinkan anak. Kalau masih abstrak anak sulit memahami," jelas dr Handrawan, di sela pembukaan Lifebuoy Health Institute di KidZania, Kamis (27/1/2011) lalu.

Pengalaman nyata hasil kolaborasi sabun kesehatan dan miniatur kotanya anak
Pentingnya melibatkan anak dalam kegiatan langsung yang memberikan pengalaman nyata dipahami sebagai kebutuhan oleh Lifebouy dan KidZania. Establishment terbaru KidZania di awal 2011 ini menekankan pentingnya membangun kebiasaan sehat pada anak, dengan memberikan pengalaman nyata yang unik. Memasuki Lifebuoy Health Institute di KidZania, anak akan diberikan jaket dan kacamata layaknya peneliti yang akan memasuki laboratorium.

Untuk menjaga tubuh tetap steril, anak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lalu mengeringkannya. Kebiasaan CTPS ini boleh jadi sudah dijalankan di rumah. Namun di sini, anak mendapatkan pengalaman langsung dibimbing oleh pendamping yang mengajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar. Institut kesehatan mini berukuran 60 m2 berkapasitas delapan anak ini memungkinkan pendamping untuk melatih kebiasan CTPS yang baik dan benar.

"Mencuci tangan yang baik dan benar harus dengan sabun dan air mengalir, biasanya selama 20 detik. Sebenarnya dengan menggunakan sabun yang tepat, dalam 10 detik kuman sudah mati," jelas Amalia Sarah Santi, Senior Brand Manager Lifebuoy.

Rangkaian kegiatan di institut mini ini berdurasi 20 menit. Selain mengajarkan kebiasaan PHBS, anak juga berkenalan dengan profesi peneliti. Karena di sini anak bisa belajar cara pembuatan sabun batang dan sabun cair. Yang menarik, anak juga bisa mengenali kuman yang menempel di tangan melalui glo germ yang menyerupai kuman, lalu disinari UV scanner. Dengan begitu anak bisa memahami seperti apa kuman menempel dan bagaimana caranya agar kuman mati dan tak lagi tertinggal di tangan dengan kebiasaan CTPS.

Menurut Ari Kartika, Head of Marketing Communication KidZania, konsep establishment memang ingin memberikan pengalaman langsung kepada anak, sekaligus mengenalkan berbagai profesi yang ada di kehidupan nyata.

"Saat ini sudah ada 72 establishment di KidZania dan lebih dari 100 profesi yang bisa dikenalkan kepada anak," jelas Ari kepada Kompas Female.

Pengalaman nyata di miniatur kota surganya anak-anak ini memberikan pengetahuan dan pembelajaran yang lebih menarik bagi anak. "Masih banyak profesi yang belum dikenalkan di sini," kata Ari, yang berharap tahun depan KidZania bisa menambah kapasitas ruang untuk mengenalkan lebih banyak lagi profesi dan bekerjasama dengan beragam sponsor untuk memberikan pengalaman nyata pada anak-anak. 


WAF

Editor: Dini     Font: A A A Rate   --> Loading...   Kirim Komentar Anda #comment_list div.pd_5 { padding:5px 0; } Loading data..   Kirim Komentar Anda Silakan login untuk kirim komentar Anda. Komentar Kirim Batal Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. -->-->--> -->-->

About Kompas.com | Advertise With Us | Info iklan | Privacy policy | Terms of use | Karir | Contact Us© 2008 - 2011

0 comments: