KOMPAS.com — Berdasarkan data 2008, lebih dari 70 persen anak kekurangan kalori dan zat gizi dalam asupan makanannya. Adapun menurut data 2007, sebanyak 13,3 persen anak laki-laki 6-14 tahun berbadan kurus dan 10,9 persen anak perempuan mengalami masalah yang sama. Hingga kini gizi anak usia sekolah masih memprihatinkan. Dr Saptawati Bardosono dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) menyebutkan hal itu dalam paparannya pada peluncuran program Caravan Gizi Dancow 2011 di Plaza Barat Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (30/1/2011). Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan berbagai pihak untuk memberikan edukasi tentang pentingnya asupan gizi pada anak.
"Problemnya terletak pada minimnya asupan zat gizi dan kalori pada makanan anak. Harus ada kerja sama siswa, orangtua, dan guru dalam mengatasi masalah nutrisi pada anak usia sekolah. Orangtua harus mendukung, sementara siswa perlu diperkuat dengan peningkatan kesadaran mengenai nutrisi. Anak harus memahami bahwa mereka berhak terlibat," ujar ahli gizi yang akrab disapa Dr Tati ini.
Berdasarkan fakta ini, merek susu bubuk Dancow melanjutkan program edukasi gizi bertajuk Caravan Gizi Dancow yang dirancang bersama PDGMI sejak 2008. Pada 2011, Caravan Gizi Dancow menyasar lebih banyak anak usia sekolah melalui program Dokter Kecil Mahir Gizi di tingkat SD. Di samping itu, ada fasilitas konsultasi gratis untuk kaum ibu melalui bus konsultasi Dancow. Fasilitas itu dilengkapi berbagai perlengkapan dan peralatan kesehatan, seperti bacaan, poster, pengukur tinggi dan berat badan, serta paspor sehat.
Jika pada 2010 Caravan Gizi Dancow berhasil melatih 1.200 Dokter Kecil Mahir Gizi dari 300 SD di 19 kota, tahun ini terjadi penambahan kuantitas. Tiga bus konsultasi Dancow mulai dikerahkan sejak Minggu ini untuk memperluas jaringan edukasi ke 500 SD di 41 kota melalui 2.000 Dokter Kecil Mahir Gizi serta 8.000 orangtua di 80 pasar tradisional di 30 kota.
Menurut Dr Tati, nutrisi yang baik bisa dipenuhi ibu untuk anak sejak dalam kehamilan. Jika kebutuhan nutrisi tak terpenuhi pada periode emas (sejak anak dalam kandungan hingga lahir sampai dua tahun), masih ada waktu untuk memperbaiki gizi anak pada masa emas kedua.
"Sebelum pubertas masih ada kesempatan untuk memperbaiki gizi anak," ia menjelaskan. Yang tergolong anak usia sekolah adalah anak dengan usia 7-15 tahun.
Mendidik gizi melalui dokter cilik
Metode interaktif melalui permainan dan program yang digemari anak mendorong kesadaran untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah. Cara inilah yang dipilih Dancow dari Nestle.
Mengambil tema "Sehat Dimulai dari Sekolahmu", Nestle Dancow kembali menjalankan misi edukasi nutrisi ke sekolah, seperti yang dilakukan setahun silam. Melalui rangkaian kegiatan edukasi inilah akan dicetak Dokter Kecil Mahir Gizi yang dilatih menjadi agen perubahan. Melalui anak-anak usia sekolah ini edukasi nutrisi diharapkan menyebar luas di tingkat sekolah hingga di lingkungan rumah.
"Anak usia sekolah sudah bisa menentukan keinginannya. Mereka perlu dilibatkan," kata Pritha, Category Marketing Manager Nestle Dancow. Pritha melanjutkan, keterlibatan anak dalam program edukasi nutrisi dimulai sejak 2009. "Program ini mengalami evolusi dari tahun ke tahun. Jika pada tahap pertama edukasi dijalankan melalui puskesmas dan komunitas ibu, seperti arisan, mulai 2009 anak-anak sekolah dilibatkan," ujarnya.
Seperti tahun lalu, akan dipilih empat anak dari setiap sekolah yang akan dilatih menjadi Dokter Kecil Mahir Gizi. Akan ada sekitar 2.000 Dokter Kecil Mahir Gizi pada 2011 ini. Dokter cilik inilah yang akan memasuki masa karantina. Pengalaman tahun lalu, karantina dilakukan selama tiga hari. Di sinilah anak-anak dari berbagai SD akan mendapatkan pengetahuan mengenai makanan, jajanan, dan kantin sehat. Mereka juga akan belajar cara menentukan status gizi dengan mengukur tinggi dan berat badan, menggunakan grafik untuk membaca status gizi, serta teknik komunikasi penyuluhan kesehatan dan cara menyiapkan materi presentasi. Anak-anak disiapkan menjadi agen perubahan untuk kesehatan dan kebersihan di sekolahnya.
"Setelah melewati masa karantina, mereka akan dikembalikan ke sekolah untuk menjalankan proyek. Dalam kurun waktu 2-3 bulan tim penilai dari PDGMI lokal, Nestle, dan fasilitator akan memberikan penilaian. Dari sini diperoleh juara regional untuk dikompetisikan di level nasional," papar Pritha.
Metode ini tak hanya akan mengharumkan nama sekolah anak. Sebagai individu, anak juga memiliki kebanggaan dan pencapaian atas dirinya. Sebab, anak berhasil menjadi agen perubahan di sekolahnya dan tentu meraih titel Dokter Kecil Mahir Gizi. Penilaian memilih empat anak sebagai perwakilan sekolah juga didasarkan pada mata pelajaran seputar kesehatan di sekolahnya. Artinya, anak yang berhasil menjalani peran ini memiliki kemampuan kognitif dan afektif. Tak hanya pintar dalam teori, anak juga mahir mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui peran dokter kecil inilah anak-anak bisa memahami pentingnya memiliki 10 tanda umum anak bergizi baik. Untuk memahami 10 tanda ini, Dancow juga menciptakan senam massal yang bisa dipraktikkan siswa di sekolah. Gerakan senam 10 tanda dari Dancow ini dirancang untuk membantu anak memerhatikan asupan gizi dan makanan seimbang dalam kesehariannya.
Anak tak hanya menjadi paham pentingnya menjaga gizi dan nutrisi. Melalui rangkaian program ini, anak melatih kemampuan komunikasi serta berani tampil di muka umum dengan perannya sebagai duta sekolahnya. Anak juga kreatif mencari ide unik dalam proyek kesehatan yang dilombakan guna meraih tiket kompetisi kesehatan ke level nasional.
Di luar manfaat positif bagi tumbuh kembang anak, program ini juga memberikan hadiah yang tak kalah menarik. Juara satu level nasional akan mendapatkan uang tunai Rp 10 juta untuk pembuatan kantin sehat sekolah serta kunjungan ke pabrik Dancow di Pasuruan, Jawa Timur. Juara kedua akan mendapatkan uang tunai Rp 7,5 juta untuk pembuatan kantin sehat sekolah. Adapun juara ketiga mendapat uang tunai Rp 5 juta untuk pembuatan kantin sehat.
Langkah kecil yang dilakukan dokter kecil dari setiap sekolah ini membawa perubahan nyata. Anak Anda bisa saja menjadi salah satu agen perubahan yang inspiratif bagi anak seusianya, bahkan orang dewasa. Seperti Reza (11) dan ketiga rekannya siswa SD Grogol 05 Jakarta, mereka sukses menyabet juara pertama di Caravan Gizi Dancow 2010.
"Jadilah agen perubahan untuk kebersihan dan kesehatan di sekolahmu," ucap keempat anak ini serempak, memotivasi anak seusia mereka untuk pencapaian yang sama.
WAF
Editor: Dini Font: A A A Rate --> Loading... Kirim Komentar Anda #comment_list div.pd_5 { padding:5px 0; } Loading data.. Kirim Komentar Anda Silakan login untuk kirim komentar Anda. Komentar Kirim Batal Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. -->-->--> -->-->
About Kompas.com | Advertise With Us | Info iklan | Privacy policy | Terms of use | Karir | Contact Us© 2008 - 2011
0 comments:
Post a Comment