Friday, February 11, 2011

Liburan, Cara Terbaik Atasi Stress

type='html'>

Kita semua memerlukan liburan. Hal tersebut akan me-recharge kita, memungkinkan kita menjadi lebih efisien. Yang menjadi masalah adalah, seperti diulas oleh Psikolog Hara E Marano dari Psychology Today, terlalu banyak liburan yang kita ambil sebenarnya sama sekali bukan liburan.

Bahkan penelitian yang diambil di Negara semaju Amerika Serikat menunjukkan bahwa masyarakat Amerika menderita “penyakit defisit liburan” atau”vacation deficit disorder” . Kami bahkan tidak mengakui kami mempunyai masalah. Para professional seringkali berkompetisi untuk melihat siapa yang memiliki sebuah kehidupan yang sangat kekurangan waktu dibandingkan rekan kerja kita.

Dari survey terakhir yang dilakukan, satu dari tujuh pekerja sama sekali tidak mengambil liburan/cuti sama sekali.

Nah, masalahnya adalah, pada saat ini sedikit waktu yang kita alokasikan untuk diri kita sendiri untuk mengambil liburan ternyata tidak bisa memberikan apa yang seharusnya saat liburan bisa berikan. “Anda membutuhkan waktu lebih banyak untuk memulihkan penderitaan yang tidak disadari karena kelelahan”, demikian penjelasan Joe Robinson, penulis Work To Live : The Guide to Getting a Life. Anda harus memutus hubungan dari penyebab stress Anda untuk suatu jumlah yang mencukupi untuk member pikiran dan tubuh Anda sebuah istirahat yang memadai. Dan Anda harus membebaskan setidaknya 2 (dua) minggu dari diri Anda untuk “rebound”.

Tetapi seringkali berusaha mendapatkan lebih dari 1 (satu) minggu sekaligus sangat sulit, apalagi untuk kondisi saat ini. Semua orang serasa harus memohon kepada perusahaan, atau sebaliknya meminta kepada pegawai Anda untuk mengajukan cuti, karena seringkali semua pihak merasa bersalah ketika harus mengajukan ijin untuk berlibur. Pada akhirnya liburan serasa menjadi tidak mendapatkan legitimasi formal maupun moral.

Robinson mencatat bahwa penduduk Amerika melewati suatu siklus kelebihan beban kerja dimulai dari resesi pada awal tahun 1980 dan kemudian bergeser kea rah kecepatan yang lebih tinggi di akhir 1980 dengan serangkaian peningkatan teknologi – mesin fax, telepon seluler, dll. Kita memiliki banyak perangkat yang menghadirkan sebuah perasaan kemendesakan yang salah. Ditambah lagi pada saat ini setiap orang serasa melakukan multiple jobs dan seringkali bekerja dengan extra hours. Kita hidap pada dunia yang tanpa batas, anatara pekerjaan dan kehidupan, demikian disampaikan Robinson.

Sebenarnya bekerja lebih dari 48 jam dalam seminggu memiliki potensi untuk melipatgandakan beban tekanan psikologis, dan meningkatkan kecenderungan serangan jantung.

Robinson menolak mitos bahwa orang-orang Eropa lebih malas, karena menurut psikolog ini hal tersebut adalah kecenderungan untuk meningkatkan kenyamanan. Karena faktanya adalah mereka menghasilkan lebih bnayak hasil dengan waktu yang lebish sedikit. Empat Negara Eropa terbukti memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik sekaligus tingkat produktivitas yang berada di atas Amerika Serikat, yaitu Belgia, Perancis, Belanda dan Norwegia. Dan fakta pentingnya adalah perusahaan-perusahaan di Negara-negara tersebut menerapkan teknik-teknik manajemen yang memungkinkan waktu liburan yang lebih panjang.

Sebaliknya, di Amerika Serikat, para Manajer miliki ketakutan yang tidak rasional dimana mereka di setiap merasa waktu membutuhkan orang-orang pada kursinya masing-masing atau bila tidak semua hal akan menjadi sulit dan tidak terkendali. Padahal seringkali lembur menjadi tidak productive karena dikendalikan oleh otak yang sudah lelah. Banyak studi yang menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja di Amerika Serikat secara kontinyu menjalani kuantitas jam tidur yang terlampau minim.

Bagaimana dengan kita di Indonesia ?

Seringkali kita melihat paradoks yang merupakan kondisi lucu sekaligus sedikit tragis. Dalam beberapa kesempatan, pada saat kita melakukan workshop, atau seminar atau RAKOR (Rapat Koordinasi) terkait pekerjaan kita di suatu hotel, ada beberapa bule yang sedang bersantai dengan celana pendek dan segala perlengkapan liburan mereka, topi pantai, papan selancar beserta anak-anak mereka dan juga pasangannya, dan pada saat yang bersamaan kita mulai menghitung bahwa sisa cuti kita masih banyak dan baru sadar anak-anak dan pasangan kita sudah sangat lama tidak menikmati liburan panjang di gunung atau di tepi pantai untuk jangka waktu yang cukup, minimal 4 atau 5 hari.

Dan yang lebih menyedihkan Negara Indonesia memiliki banyak obyek wisata. What a tragic funny thing ?

Kota Batu Malang misalnya, dengan kondisi geografis yang sangat indah, berada di ketinggian 1000 m dpl, menawarkan eksotisme suasana dan kesejukan alami pegunungan sekaligus dengan berbagai object wisata keluarga yang tak kalah menariknya. Berbagai wahana wisata keluarga seperti Batu Night Spektakuler, Jatim Park 1 dan Jatim Park 2 (Museum Satwa) yang merupakan wahana wisata terbaru dan museum satwa terbesar di Inonesia.

Di Kota Batu, kota kecil yang sangat mudah diakses dari kota Malang terdapat berbagai jenis hotel dan villa yang menawarkan penginapan yang sesuai dengan kebutuhan Anda dan keluarga. Slah satu yang terbaik adalah seperti direkomendasikan villaBatu.com adalah Rumah Embun Pagi.

Di Rumah Embun Pagi yang berada di kaki Bukit Panderman Batu, Anda akan menemukan Villa keluarga dengan desain terbaik dan berada pada LOKASI Terbaik di Kota Batu, hanya 1 menit dari Jatim Park 2 dan hanya 2 menit dari Batu Night Spektakuler (BNS) dan Anda bisa mewujudkan relaksasi yang akan menyegarkan jiwa dan tubuh Anda dengan biaya yang sangat terjangkau.

Ternyata hidup sehat dengan jiwa yang segar tidak harus mahal ….

Liburan mengatasi stress

0 comments: